Madison Keys Tak Percaya Lakukan Pukulan Ini Di Australian Open

Petenis AS memenangkan Australian Open ketika usianya menginjak 29 tahun, lebih dari tujuh musim setelah ia melenggang ke final Grand Slam pertama dalam kariernya di US Open musim 2017 (kalah dari Sloane Stephens).

Sejak menaklukkan juara bertahan, Sabalenka di final, petenis berusia 29 tahun menerima banyak pesan, baik dari penggemar maupun rekan sesama petenis yang memberinya selamat untuk kemenangan terbesar dalam kariernya sampai saat ini.

Tidak hanya dipuji untuk level permainan yang diperlihatkan di Australian Open, tetapi petenis AS juga dipuji atas perilaku dan sikapnya terhadap orang lain.

Ketika merefleksi kemenangan di Melbourne, ada satu pukulan dari final yang cukup menonjol bagi sang petenis.

Petenis berusia 29 tahun mengalahkan petenis berkebangsaan Polandia, Iga Swiatek di semifinal, termasuk mengamankan peluang match point sebelum memenangkan pertandingan di babak tiebreak set penentu.

Hal tersebut terjadi sebelum ia menghadapi petenis yang telah mengantongi tiga gelar Grand Slam, Sabalenka yang terkejut dengan kekuatan petenis AS. Bukan hanya kekuatan yang petenis AS gunakan demi mengaramkan petenis peringkat 1 dunia, tetapi ada satu pukulan yang menonjol dari sang petenis.

Ketika melakukan servis di momen krusial set penentu pada kedudukan 5-5, 3/3, petenis berusia 29 tahun menerima pengembalian kuat dari Sabalenka sebelum berjongkok untuk melakukan setengah volley forehand mematikan.

“Saya tidak ingat berapa skornya, tetapi saya ingat tertinggal dengan 0/30 dan saya mampu memenangkan game itu,” ungkap Keys.

“Kami akan duduk dan saya ingat berpikir bahwa saya ada di sini, saya benar-benar ada di sini. Hanya saja ada perubahan dalam pikiran saya bahwa ya ia memainkan beberapa permainan yang benar-benar mengagumkan, tetapi begitu juga saya. Saya bisa melakukannya.”

“Saya hanya berusaha berjuang demi itu. Lalu pada kedudukan 5-5, 30/30, saya tidak tahu dari mana hal itu datangnya, sejujurnya. Saya tidak bisa mempercayai forehand itu. Itu sungguh gila. Saya tidak percaya itu masuk. Saya hanya mengatakan dalam benak saya, beranilah, lakukan. Itulah yang benar-benar terlintas dalam benak saya.”

“Lalu saya ingat unggul dengan 6-5 dan berpikir, ‘Baiklah, ia telah servis dengan begitu baik, saya mungkin harus melakukan sesuatu yang berbeda, setidaknya untuk mendapatkan poin di service gamenya. Saya pikir saya memenangkan babak tiebreak di pertandingan sebelumnya, setidaknya saya memiliki hal itu. Hanya mengayun, mengejarnya, dan melihat apakah anda bisa menembakkan bola dengan keras sebelum ia melakukannya. Dan saya melakukannya.”

Setelah memenangkan gelar Grand Slam pertama dalam kariernya, Keys kembali ke peringkat tertinggi dalam kariernya sampai saat ini, peringkat 7 dunia, sehingga kini ada empat petenis putri AS yang berada di peringkat 10 besar selain juara Australian Open, yaitu Cori Gauff (peringkat 3), Jessica Pegula (peringkat 6), dan Emma Navarro (peringkat 9).